Kitab Dalael Khairat disusun oleh Syaikh Muhammad Bin Sulaiman al-Jazuli. Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah Muhammad bin Fattah bin ‘Abdurrahman bin Sulaiman Al-Jazuli. Beliau lahir di Jazulah, salah satu tempat di kawasan Sus, Selatan Maroko pada tahun 807 Hijriyah (1405 Masehi). Beliau memiliki nasab yang tersambung kepada Ali Bin Abi Thalib ra. Imam Jazuli belajar pada Madrasah Salafin di Kota Fez, yang terkenal sebagai tempatnya para ilmuwan Islam. Di kota inilah beliau bertemu salah satu sufi besar saat itu, Syekh Ahmad Zaruq. Seperti disebutkan di Sab’atu Rijali Murrakusy, Imam Jazuli hidup menyendiri dan menjauh dari keramaian. Imam Jazuli merupakan seorang sufi yang menempuh jalan tasawufnya dengan jalan fana, kecintaan yang besar terhadap Rasulullah saw, menziarahi makam para wali Allah, dan tentunya menggantungkan segala urusannya kepada Allah swt. Selama bertahun-tahun beliau mengelilingi Mekkah, Madinah, Mesir, hingga al-Quds. Beliau kemudian bertemu dengan Syekh Muhammad al-Ajamy dari al-Azhar dan berguru kepadanya. Setelah perngembaraan yang panjang itu, beliau kemudian kembali ke kota Fez. Di sini pula beliau mengarang sebuah kitab yang terkenal dengan nama Dalail Khairat. Disebutkan beliau juga melakukan ibadah khalwat selama 14 tahun.

Syekh Yusuf Nabhani mengutip pendapat Syekh Ahmad Shawi, yang menceritakan latar belakang penyusunan kitab Dalael Khairat. Dikisahkan, syekh Al-Jazuli berada dalam sebuah perjalanan. Ketika waktu sholat telah tiba, beliau hendak mengambil air wudhu tapi tidak menemukan alat mengeluarkan air dari sumur. Saat itu seorang anak kecil perempuan tengah memperhatikannya. Anak kecil itu bertanya kepadanya, “siapa engkau?”. Beliau menjawab dan menerangkan siapa dirinya. Anak kecil itu berkata: “engkau adalah orang baik yang kesohor dengan kebaikan, apakah engkau tidak bisa mengeluarkan air itu?”. Anak kecil itu kemudian mendekati sumur. Secara ajaib air pun keluar hingga ke permukaan tanah. Syekh Jazuli kemudian mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu, Syekh bertanya, “bagaimana bisa engkau mendapatkan kemuliaan ini?” Anak kecil itu menjawab, “dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad saw”.

Setelah peristiwa itu, Syekh Jazuli kemudian mengarang kitab Dalail Khairat yang berisi shalawat-shalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Selain kitab Dalail Khairat, beliau juga memiliki karya-karya lainnya diantaranya Aqidatul Jazuli, Risalatu At Tauhid, Kitab Az Zuhd, Ajwibatun Fi Ad Dunya Wa Ad-Din, Min Kalami Asy-Syaikh Al-Jazuli, Hizb Asy-Syaikh (Hizb Al-Kabir), Hizb Al-Falah (Hizb Ash-Shaghir).

Imam Jazuli juga memiliki murid yang kelak juga menjadi salah satu Sab’aturrijal Marrakech (wali tujuh kota Marrakech) yang bernama Sidi Abdul Aziz At-Tabba’.

Beliau wafat pada usia 63 tahun dan dimakamkan di kota kelahirannya, Jazulah (kawasan Sus) pada tahun 870 Hijriyah (1465 M). Dalam Kitab Jamiu Karamat al Auliya, Syekh Yusuf al-Nabhani menyebutkan Karomah Syekh Sulaiman Al-Jazuli. Diceritakan bahwa tujuh puluh tujuh tahun setelah beliau wafat, makamnya dipindahkan dari Sus ke kota Marrakech. Pada saat pemindahan itu, petugas mendapati ternyata kondisi jasad beliau masih utuh seperti baru dimakamkan, tidak ada rusak sedikitpun dimakan tanah.

Meskipun sudah dimakamkan selama bertahun-tahun, ternyata jasad beliau masih utuh seperti baru meninggal dan jadas beliau tidak rusak sama sekali. Sampai saat ini, makam beliau banyak dikunjungi para penziarah, termasuk dari Indonesia.

Saat ini, kitab Dalail Khairat yang yang banyak beredar tercetak di dalamnya beberapa hijb dan qasidah, termasuk Qasidah Burdah dan Qasidah Hayyi’ah karya Syekh al-Bushiri.

Sumber Tulisan: Azwar Ramnur, Himpunan Ibadah, (Banda Aceh: Elsama, 2020)

Gambar: Shopee

Leave a Comment